Rabu, 17 April 2013

Lakukan yang Terbaik

Dalam berbisnis, salah satu prinsip yang saya percaya sangat ampuh adalah, lakukan yang terbaik. Hanya yang TERBAIK. Ya terbaik memang sangat relatif, saat awal-awal meproduksi Jilbab ANNORA --saat itu namanya masih Jilbab ANNISA, perasaan sich saat itu saya sudah melakukan yang terbaik, mendesain yang terbaik, tapi ternyata sepuluh tahun kemudian ketika saya melihat model-model jilbab saya zaman dahulu. masyaallah kok ya dulu ada yang beli ya... itulah maksud saya bahwa melakukan yang terbaik itu sangat relatif. So apakah yang anda lakukan saat ini sudah yang terbaik? yach masa bodoh. Yang penting lakukan saja yang terbaik yang menurut anda bisa anda lakukan saat ini. Melakukan yang terbaik menurut ilmu yang anda milliki saat ini. Gampang kan?

Biar lebih gampang, saya akan membuat contoh, semoga ini bisa menginspirasi anda untuk melakukan yang terbaik dalam berkarya.
Melakukan hal terbaik bisa dilihat dalam metamorfosis foto-foto produk saya.
Saat itu saya mencoba menjadi model bagi foto-foto produk dagangan saya, tapi sulit sekali membuat wajah seorang wanita dengan 2 orang anak kelihatan menarik di depan kamera. He..he..he...
Demi melakukan yang TERBAIK, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk membeli sebuah patung manekin yang cantik. Wala... Saat itu rasanya puas sekali, semua  jilbab  kelihatan sangat bagus ketika difoto dengan model si manekin. Penjualan pun terus meningkat. Alhamdulillah.
Seiring dengan berjalannya waktu, kami berdua terus berusaha melakukan yang TERBAIK bagi bisnis kami. Salah satunya adalah dengan belajar, setiap hari kami berdua selalu berlomba untuk belajar, belajar tentang marketing online, cara mendatangkan 'LIKERS' di facebook, belajar ilmu editing foto dan belajar banyak hal setiap harinya

Suami saya terus memperdalam ilmu photoshopnya  --untuk editing photo-- sampai suatu ketika beliau meminjam sebuah buku tentang photoshop untuk dunia fashion, kami berdua heran, Wooww ternyata dengan photoshop 1 buah foto bisa menampilkan banyak warna.
Dari situ kami berdua mulai berfikir untuk mempelajari ilmu fotografi.
Singkat cerita akhirnya kami memutuskan untuk menganti model jilbab yang selama ini manekin dengan model manusia. Untuk itu tentu saja saya juga harus mempelajari ilmu make-up artis.

Tanpa dikomando suami saya pun sibuk memperdalam skill-nya dalam photoshop sambil terus searching di mbah google tentang dunia fotografi sementara saya sibuk melihat youtube yang mengulas tentang tutorial make up artist sambil menabung  pralatan make-up sedikit demi sedikit.

 Ini adalah hasil menabung peralatan make-up. ^__^

Foto jilbab lengan topi saat itu



Bermetamorfosis


Terus bermetamorfosis


Dan terus bermetamorfosis



Dan ini adalah foto Camelia saat itu.
Di facebook tercatat up load 17 desember 2010
Dan inilah hasil metamorfosis foto jilbab Camelia beberapa saat kemudian setelah kami melakukan yang TERBAIK dengan memperdalam ilmu photoshop, fotografi dan sedikit make-up artist.


Dan awal tahun ini, saya memutuskan untuk memberikan sentuhan berbeda bagi desain foto-foto saya agar memberikan impresi yang lebih baik bagi pemirsa. Dan hasilnya adalah seperti ini.
 Dan entah sudah berapa ribu jilbab type Camelia yang sudah terjual. Dan saya yakin salah satu penyebabnya -atas izin Allah- tentu saja karena saya sudah berusaha memberikan yang terbaik bagi foto-foto saya.


So teruslah melakukan yang terbaik dalam bidang apapun yang anda geluti. Percayalah sesuatu yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dengan segenap tenaga dan pikiran akan memberikan hasil yang berbeda. Teruslah belajar, lakukan yang terbaik bagi segenap mimpi mimpi anda. Dan lihatlah hasilnya.


it's me indah Triwahyuni




(Hijab Designer of ANNORA and PURPLE HIJAB)

Selasa, 09 April 2013

Masa Sulit...

Satu atau dua kali dalam sebulan, saya selalu menyempatkan diri untuk hunting bahan-bahan yang akan digunakan sebagai jilbab di Surabaya. Berburu kain, renda dan pernak-pernik konveksi untuk jilbab produksi saya. Tak jarang  iseng-iseng saya menyempatkan diri melihat-lihat ke toko bahan konveksi, yaa...benar-benar sekedar melihat-lihat, terkadang aktivitas itu bisa menimbulkan inspirasi untuk karya saya selanjutnya. Entah itu produk untuk produk ANNORA atau pun PURPLE HIJAB.

Tiap-tiap Brand produk saya memiliki karakteristik sendiri. ANNORA memiliki pangsa pasar muslimah yang sudah seatle dengan style jilbabnya. Yaitu mereka yang menyukai jilbab lebar yang syar'i, konsep jilbabnya santun namun tetap memiliki desain yang feminin, cantik dan unik, tentu saja dengan kualitas jahitan yang rapi.
Sementara PURPLE HIJAB. mengusung tema muslimah yang ingin menutup auratnya dengan sempurna, namun tetap ingin tampil fashionable, karena itu seluruh pasmina,  pasmina instan dan inner yang diproduksi PURPLE HIJAB, semuanya covering chest.
Lain lagi dengan Jilbab Cantiq Malang, sebagai toko online bervisi sebagai grosir jilbab murah tentu saja mengedepankan harga yang murah, dan model yang up-date.Karena harganya yang murah tentu saja kwalitasnya tidak sebagus PURPLE HIJAB dan ANNORA.  Tetapi Jilbab CantiQ Malang, insyaallah tetap termurah dikelasnya.

...........................................................

Kembali ke cerita tadi, biasanya setiap kali hunting bahan jilbab ke surabaya, saya selalu meminta mba iin, kakak saya untuk menemani.
Hari sabtu ini saya dan  mba iin kembali berjanji untuk hunting ke surabaya. Setelah seharian keluar masuk pasar, membeli aneka kebutuhan konveksi, dalam perjalanan pulang tiba-tiba kakak saya menyeletuk. "Huufff kalo diingat-ingat yaa... dulu itu kamu nekat sekali, keluar kota sendiri hanya untuk ikut pameran.Padahal tiap kali kamu pameran aku selalu ngak setuju." Cetus mba iin.
Saya terdiam mendengkar kata-kata itu. Lalu lintasan masa lalu itu pun segera berloncatan dari memori kepala saya.
"Memang kenapa mba iin nga setuju aku pameran keluar kota saat itu?" tanya saya.
"Yach belum tentu laku, belum tentu untung, tapi sudah jelas kamu harus keluar banyak uang untuk bayar Stand pameran, bayar karyawan yang bantu jaga stand dan biaya transportasi yang tidak murah." jelas kakak saya.

Saya pun tercenung.Ya? Kenapa saya dulu mau susah-susah keluar kota untuk pameran?
Karena hanya itulah, hal terbaik yang bisa saya lakukan saat itu. Saat itu saya sedang dalam tahap merintis usaha. Jual beli online belum sepopuler sekarang. 
Facebook juga belum ada di indonesia. Sementara mengandalkan kunjungan orang yang belanja kerumah tentu tidak cukup. Ada 2 anak yang menjadi tanggung jawab saya, ada karyawan yang yang harus saya gaji setiap bulannya. Kalau saya tidak nekad pameran ke luar kota, dengan apa saya bisa membayar semua tanggung jawab itu? Bahkan sekali pun saya tahu, untuk sebuah pameran taruhannya kalau ngak untung ya buntung. Saya akan tetap nekad pameran ke luar kota, karena mungkin saat itu ilmunya masih segitu.

Salah satu foto pameran yang pernah saya ikuti, nampaknya ini satu-satunya foto yang berhasil saya selamatkan, saat itu saya masih memasarkan jilbab saya lewat pameran dari satu kota ke kota yang lain

Tiap kali akan berangkat pameran keluar kota, dalam hati saya menangis, ya allah kenapabegitu sulithidup saya? bekerja hanya demi beberapa lembar rupiah, harus meninggalkan anak-anak saya selama semingu, bersama mba-mba karyawan saya yang ikut tidur di rumah dan mempercayakan pengasuhan mereka di tangan seorang pengasuh. Tiap kali akan mobil yang saya pinjam berangkat meninggalkan rumah kontrakan saya, dalam hati saya selalu menjerit, "Ya allah saya minta jatah rejeki buat anak-anak saya...bukankah engkau sangat kaya?"
Itu saja tidak cukup, dipalak polisi ditengah jalan sudah jadi makanan tiap berangkat atau pulang pameran.Mobil mogok di hutan, ban kempes, mobil terbakar cukup untuk membuat saya sport jantung, Sopir hanya saya bayar untuk mengantar ke pameran sesampai ditujuan dia kembali pulang dan menjemput kami lagi saat pameran selesai.


Selama pameran berlangsung, saya ditemani seorang  karyawan  -yang juga perempuan--  Kami berdua adalah satu-satunya peserta pameran perempuan yang tidur di stand, peserta lain yang tidur di stand adalah laki-laki. Masyaallah melas banget kalo mengingat itu semua. Teman-teman pameran menjuluki kami perempuan pameran. Lebih menyedihkan lagi kalo pulang pamean ngak bawa uang. Lho kok bisa? Yach bayangkan saja bayar stand 2,5 juta, biaya transportasi, gaji karyawan  dan makan 1 minggu 1,3juta, terjual dalam satu minggu 7 juta, kalo keuntungan 20 % artinya total laba 1.4 juta, jadi keuntungan bersih 1 minggu 100 ribu. Artinya, dalam seminggu saya hanya digaji 100 ribu. He..he..he..Kalo pas untung omset bisa mencapai 10-15 juta per minggu. Untuk nilai uang saat itu, (tahun 2008 atau 2009-an) omset segitu sudah bagus banget buat saya. Masalahnya tidak setiap pameran bisa mencapai omzet yang bagus.
Saya sudah beberapa kali mengikuti pameran. Ke Jogja, solo, ponorogo, malang.
Tentu saja jika omset pameran saya rendah mungkin karena saat itu saya sedang belajar, belajar berdagang, strategi marketing dll. Rupanya saat itu Allah sedang mengajarkan banyak hal buat saya.
Atau omzet saya rendah karena model jilbab saya kurang variatif.
Alhamdulillah semua itu sudah terlewati, banyak hal yang sudah Allah ajarkan pada saya.Tanpa masa sulit sulit itu mustahil bisa ada masa sekarang, justru karena telah melewati masa sulit itulah akhirnya sekarang saya bisa sampai di titik ini.

So kalau anda sekarang sedang berada pada masa sulit, tenang saja, roda berputar... tidak akan selamanya anda anda dibawah. Yang penting tetap melakukan yang terbaik, sertakan Allah dalam setiap langkah, istiqomah, kerja keras, lakukan yang terbaik dan jangan lupa sedekah. Selebihnya biarkan tangan-tangan Allah yang bekerja. U will see. Roda berputar, kalo masa kejayaan anda tiba, anda akan mengingat masa sulit itu sebagai sesuatu yang manis. ^__^


it's me indah Triwahyuni
(Hijab Designer of ANNORA and PURPLE HIJAB)